Members Login
Username 
 
Password 
    Remember Me  
Post Info TOPIC: Merkuri dan Arsen di Teluk Buyat


krisnOnger balita

Status: Offline
Posts: 18
Date:
Merkuri dan Arsen di Teluk Buyat
Permalink   


PERISTIWA pencemaran yang terjadi di Teluk Buyat, Sulawesi Utara, akhir-akhir ini cukup memberikan keprihatinan yang mendalam bagi bangsa Indonesia. Penyebabnya adalah pencemaran air laut akibat logam berat arsen (As) dan merkuri (Hg) yang telah melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan.


PT Newmont Minahasa Raya (NMR) merupakan perusahaan yang dituding sebagai biang keladi pencemaran ini, karena membuang tailing (batuan dan tanah sisa ekstraksi bijih emas) ke dasar laut di Teluk Buyat. Tak pelak lagi, tragedi Minamata yang pernah terjadi di Jepang pada era 1960-an, dapat terulang di Indonesia saat ini. Saat itu, terjadi pencemaran merkuri dalam kadar yang tinggi di Teluk Minamata, Jepang. Dampaknya? Masyarakat sekitar yang mengonsumsi ikan menderita penyakit gangguan saraf dan kanker. Penyakit itu dialami setelah perusahaan batu baterai dan aki yang ada di sana beroperasi belasan tahun. Haruskah ini terulang di Indonesia ?


Kandungan tailing


Tailing merupakan batuan dan tanah yang tersisa dari suatu proses ekstraksi bijih logam, seperti bijih emas dan bijih tembaga. Tailing dihasilkan dalam jumlah yang luar biasa besar dari segi volume, mengingat dalam satu ton tanah yang mengandung bijih emas, hanya terdapat 0,001 ton emas murni! Dapat dibayangkan, akan tersisa 0,999 ton tanah (yang dikenal sebagai tailing), serta membutuhkan penanganan lanjut setelah kegiatan penambangan tersebut.


Tailing tidak hanya berisi tanah dan batuan saja, namun juga mengandung unsur-unsur logam berat lainnya yang tidak ekonomis untuk diekstraksi dari kawasan pertambangan tersebut, seperti aluminium (Al), antimony (Sb), dan timah (Sn). Sesungguhnya logam-logam ini terdapat dalam jumlah yang sangat terbatas dan rendah dalam tailing. Namun volume tailing yang sangat besar, menjadikan kuantitas yang ada akan cukup besar, serta dapat memberikan dampak negatif jika dibuang tanpa pengolahan yang tepat sebelumnya.


Sedangkan merkuri dan arsen berasal dari bahan kimia yang ditambahkan selama proses pengekstraksian bijih emas yang dilakukan. Senyawa arsenik digunakan sebagai bahan tambahan untuk mengikat emas dengan lebih baik (senyawa amalgam) dalam kadar yang lebih tinggi. Namun setelah emas terikat pada arsen, dilakukan proses pemanggangan bijih emas yang terikat arsen.


Saat proses pemanggangan, arsen akan terlepas sebagai gas dan terjadi reduksi konsentrasi arsen dalam bijih tersebut. Proses pengolahan gas buang hasil pemanggangan dilakukan dengan penyemprotan (scrubbing) pada alat pengendali pencemaran udara wet scrubber. Air yang berperan sebagai scrubber dalam proses tadi masih membutuhkan penanganan lebih lanjut sebelum dibuang ke laut bersama sisa tailing yang ada.


Senyawa merkuri juga digunakan sebagai senyawa amalgam untuk emas (membantu pengikatan emas) dalam tailing yang akan diekstraksi. Tailing yang mengandung bijih emas akan terikat bersama merkuri. Untuk mengurangi kadar merkuri pada pengolahan tailing tersebut, umumnya dilakukan pemerasan dengan menggunakan fabric filter.


Merkuri sisa perasan yang tersisa dalam bentuk cair tersebut, juga harus diolah lebih lanjut. Kandungan merkuri dan arsen yang terdapat dalam tailing juga harus diperhatikan, mengingat recovery percentage dari arsen maupun merkuri tidak akan pernah mencapai 100 %.


Pembuangan ke Dasar Laut


Teknologi pembuangan ke dasar laut sudah sejak lama ditinggalkan di beberapa negara maju, termasuk di Amerika Serikat. Fenomena transpor dan transformasi dari berbagai jenis logam yang terkandung di dalam tailing, cukup sulit untuk diprediksi dan dimodelkan dalam simulasi komputer.


Hal ini lebih diakibatkan keberagaman jenis logam yang ada di dalam kandungan tailing, serta parameter fisika-kimia-mikrobiologi air laut yang cukup beragam dan bersifat stokastik.


Meskipun pembuangan dilakukan pada kedalaman hingga ratusan meter dan beberapa puluh kilometer dari bibir pantai, namun dampak yang ditimbulkan dapat memberikan efek negatif pada biota laut, yang akan menimbulkan dampak buruk pula bagi manusia dan kesehatannya. Hal inilah yang menjadi dasar pertimbangan, pembuangan ke dasar laut sudah ditinggalkan oleh negara-negara maju saat ini.


Sebelum tailing dibuang ke dasar laut, parameter fisika, kimia, dan mikrobiologi air laut mutlak untuk dipertimbangkan. Namun pembuangan ke laut bukan berarti tidak terdapat suatu pengolahan pendahuluan untuk tailing. Tailing harus diolah hingga suatu tingkat yang aman dibuang ke laut sebagai lokasi pembuangan akhir. Oleh karenanya, konsep dalam pembuangan tailing ke dasar laut adalah melakukan pengolahan pendahuluan (pretreatment) dengan tujuan untuk meminimalisasi dan imobilisasi logam-logam berat yang terkandung dalam tailing.


Sandhi Eko Bramono,


Anggota Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan Indonesia ( IATPI ). Mahasiswa Pascasarjana Master of Environmental Engineering Science, UNSW, Australia.



__________________
Page 1 of 1  sorted by
 
Quick Reply

Please log in to post quick replies.

Tweet this page Post to Digg Post to Del.icio.us


Create your own FREE Forum
Report Abuse
Powered by ActiveBoard